Monday, February 22, 2016

Kisah Imam Ahmad dan Seorang Wanita

Suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dikunjungi seorang perempuan yang ingin bertanya.

“lmam, saya adalah seorang perempuan yang sudah lama kematian suami. Saya  sangat miskin, sehingga untuk membesarkan anak-anak , saya mengait benang di malam hari, sementara siang hari saya bekerja sebagai sebagai buruh kasar dikesempatan masa yg ada bagi membesarkan anak2 saya.

Karena saya tak mampu membeli lampu, maka pekerjaan mengait benang itu saya lakukan apabila  bulan terang.”

Imam Ahmad rahimahullah yg memiliki kekayaan dan terkenal sebagai dermawan itu mendengar dengan serius percakapan perempuan tadi. Perasaannya begitu tersentuh apabila mendengar ceritanya yang menyayatkan hati.

Sebenarnya telah tergerak hatinya untuk memberi bantuan sedekah kepada wanita itu, namun ia tangguhkan dahulu hasrat itu karena ingin mendengar semua ucapan siibu tadi.

Si ibu tadi meneruskan ceritanya...“Pada suatu hari, ada satu rombongan  kerajaan telah berkhemah di depan rumah saya. Mereka menyalakan lampu dengan jumlah yang amat banyak sehingga sinarnya menerangi setiap penjuru ruang. Tanpa pengetahuan mereka, saya segera mengait benang dengan memanfaatkan cahaya lampu-lampu itu.

Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya halal atau haram kalau saya jual?

Tuan Imam bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu? Tanya siibu tadi...

Sebab, saya melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan wang negara, dan tentunya adalah wang rakyat.”

Imam Ahmad rahimahullah terharu dengan kemuliaan jiwa wanita itu. Ia begitu jujur, di tengah masyarakat yang rosak akhlaknya dan hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi, tetapi siibu yang miskin lagi fakir tersebut penuh dengan kejujuran.

Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad rahimahullah bertanya, “Ibu, siapakah engkau sebenarnya?”

Dengan suara serak karena penderitaannya yang berkepanjangan, wanita ini menyatakan “Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.”

Imam Ahmad rahimahullah sangat terkejut.  Basyar Al-Hafi rahimahullah adalah gabenor yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyat semasa hidupnya. Rupanya, jawatannya yg tinggi tidak disalahgunakan untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya. Sehingga adik kandungnya sendiri pun hidup dalam keadaan miskin.

Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Pada masa kini, ketika orang-orang sibuk mengumpul kekayaan dengan berbagai cara, bahkan dengan menyalahguna wang negara serta menyusahkan rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau, lbu. sesungguhnya, sehelai rambutmu yang terurai dari jilbabmu jauh lebih mulia jika dibanding dengan berlapis-lapis serban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama.

Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil sulaman itu engkau haramkan? Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu tidak merugikan keewangan negara…”

Kemudian Imam Ahmad rahimahullah meneruskan ucapannya, “Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu. Silakan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, niscaya akan kuberikan kepada wanita semulia engkau…”.

Diriwayatkan dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, dari Rasulullah, beliau bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِحَرَامٍ

“Tidak akan masuk ke dalam syurga sebuah jasad yang diberi makan dengan yang haram.”
(Shahih Lighairihi, HR. Abu Ya’la, Al-Bazzar, Ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath dan Al-Baihaqi, dan sebagian sanadnya hasan. Shahih At-Targhib 2/150 no. 1730)

No comments:

Post a Comment